![]() |
H.Puspo Wardoyo, pengelola Kalipepe Land |
JURNAL SOLO, Boyolali - Pada Jumat 6 Juni 2025 pagi yang cerah, ribuan warga dari berbagai wilayah berbondong-bondong menuju Lapangan Open Air Kalipepe Land Boyolali untuk melaksanakan ibadah shalat Idul Adha bersama.
Shalat Ied di Kalipepe Land bukanlah momen tahunan yang baru. Ini sudah menjadi tradisi beberapa tahun terakhir, di mana pengelola mengajak masyarakat luas untuk memanfaatkan area wisata sebagai tempat ibadah.
H. Puspo Wardoyo, sang pengelola, menyampaikan pesan yang mendalam dalam sambutannya pasca-shalat.
“Ibadah tidak hanya bermakna vertikal kepada Tuhan, tetapi juga horizontal kepada sesama manusia,” ujarnya.
Ia mengutip hadis Nabi tentang tiga hal yang membuat hidup seseorang beruntung yakni rumah dengan halaman yang luas, istri salehah, dan hubungan baik dengan tetangga.
Dari ketiganya, Puspo menekankan pentingnya tetangga—karena merekalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk ekosistem sebuah bisnis.
“Idul Adha mengajarkan kita tentang kesalehan sosial. Tentang bagaimana kita harus peduli pada mereka yang kurang mampu di sekitar kita,” katanya.
Dengan menjadikan Kalipepe Land sebagai lokasi pelaksanaan shalat Ied, Puspo membuka ruang komunikasi antara dunia bisnis dan masyarakat sekitar.
Baginya, keberadaan kawasan wisata tidak bisa eksklusif dengan meminggirkan warga. Sebaliknya, ia harus menjadi jembatan yang menghubungkan aspirasi warga dengan pertumbuhan ekonomi lokal.
“Saya ingin Kalipepe Land tidak hanya menjadi pusat wisata, tapi juga pusat pemberdayaan ekonomi warga. Membuka lapangan kerja, menggerakkan roda bisnis kecil, dan memberdayakan kelompok rentan seperti janda dan warga miskin,” ujarnya.
Komitmen tersebut bukan sekadar retorika, karena melalui program pemberdayaan yang telah diluncurkannya, Puspo terus berupaya menjaring warga yang memenuhi syarat untuk dibantu.
Ustaz Nur Aziz dari Semarang tampil sebagai khatib dalam kesempatan ini. Dalam khutbahnya, ia mengajak para jemaah untuk tidak ragu-ragu dalam berkurban. “Allah telah memberi banyak nikmat dalam hidup kita. Maka, janganlah kita pelit dalam berkorban,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa korban bukan sekadar ritual tahunan, tetapi bentuk syukur, cinta, dan tanggung jawab sosial yang harus dihayati dengan keikhlasan.
Khutbah ini seperti angin segar yang menyadarkan para jemaah bahwa Idul Adha adalah momentum untuk mengevaluasi apakah kita sudah cukup peduli pada sesama, atau masih terlalu fokus pada urusan diri sendiri.
Setelah shalat selesai, suasana semakin hangat saat warga diundang untuk menikmati makan pagi bersama. Tim Kalipepe Land tampak sigap melayani antrian warga, menciptakan nuansa gotong royong yang begitu terasa. [Her]
Social Header