JURNAL SOLO, Sukoharjo — Wafatnya maestro dalang wayang kulit purwa, Ki Anom Suroto, meninggalkan duka mendalam bagi dunia seni dan budaya Indonesia.
Salah satu sosok yang menunjukkan perhatian dan penghormatan khusus adalah pengusaha kuliner sekaligus pemilik obyek wisata Kalipepe Land, H. Puspo Wardoyo.
Di antara puluhan karangan bunga yang memenuhi halaman rumah duka di Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, karangan bunga bertuliskan nama Puspo Wardoyo tampak mencuri perhatian.
Pengusaha yang dikenal sebagai Bos Wong Solo Group itu memang memiliki kedekatan batin dan rasa kagum yang mendalam terhadap almarhum.
Bagi Puspo Wardoyo, sosok Ki Anom Suroto bukan sekadar dalang kondang, tetapi juga simbol keteguhan dalam menjaga warisan budaya Jawa.
Ia mengaku sejak lama mengagumi kiprah sang maestro yang mampu memadukan pakem pedalangan klasik dengan banyolan segar dan improvisasi cerdas.
“Kebetulan saya dulu lulusan dari ASKI Solo. Saya juga suka wayang kulit dan sering menonton pagelarannya,” ungkap Puspo Wardoyo pada saat menghadiri acara pagelaran wayang kulit di rumah Ki Anom Suroto pada tahun 2021.
Kecintaannya terhadap budaya Jawa dan rasa hormat kepada Ki Anom Suroto bahkan pernah diwujudkan secara langsung.
Pada acara tersebut, Puspo sekaligus ikut merayakan ulang tahun Ki Anom Suroto yang ke-73.
Tak cuma ikut bersuka ria, Puspo Wardoyo juga membagi-bagikan makanan serta uang senilai hingga puluhan juta rupiah kepada dalang, nayaga dan para sinden.
Momen tersebut begitu membekas di hati Ki Anom Suroto. Sehingga dia tampak terharu dan tak henti mengucapkan rasa syukur serta terima kasih.
“Semoga Tuhan memberkahi kita semua. Semoga saya diberikan umur panjang dan bermanfaat untuk banyak orang. Dan tak lupa saya doakan semoga Pak Puspo Wardoyo senantiasa dinaungi kesuksesan,” ujar Ki Anom Suroto saat itu.
Ketika kabar duka berpulangnya Ki Anom Suroto tersiar pada Kamis, 23 Oktober 2025, Puspo Wardoyo tak tinggal diam.
Ia segera mengirimkan karangan bunga duka cita sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi sang maestro yang telah memberi warna besar bagi dunia pewayangan Indonesia.
Karangan bunga itu kini berdiri di antara ratusan ungkapan belasungkawa lain, dan menjadi simbol sederhana dari rasa hormat dan cinta budaya. [Kls]


Social Header