JURNAL SOLO, Solo - Menjelang libur sekolah akhir tahun, aktivitas di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Penumping, Laweyan, Solo, tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.
Alfian Damayanti, staf SPPG Penumping, mengatakan bahwa keputusan mengenai keberlanjutan program MAkan Bergizi Gratis (MBG) selama libur akhir tahun masih menunggu arahan dari pusat.
“Kalau untuk akhir tahun keputusan terpusat di BGN,” ujarnya, pada Senin 1 Desember 2025.
Namun, ada satu hal yang sudah pasti yakni pelayanan nutrisi untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, yang merupakan 10 persen dari total sasaran MBG, tidak akan terhenti.
Bagi SPPG Penumping, pemenuhan nutrisi adalah kebutuhan dasar yang tidak boleh terhenti oleh kalender libur, apalagi bagi kelompok rentan.
SPPG Penumping memahami bahwa nutrisi adalah fondasi kesehatan jangka panjang. Karena itu, meski arahan terkait MBG akhir tahun belum diputuskan, mereka memastikan semua mekanisme kerja berjalan sesuai standar.
Pengolahan bahan, penjadwalan pengantaran, hingga pengecekan kualitas makanan tetap dilakukan seperti hari-hari normal.
“Kami sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Yang penting adalah memastikan warga penerima tetap mendapatkan haknya,” kata Alfian.
Komitmen SPPG tidak hanya ditunjukkan melalui keberlanjutan distribusi, tetapi juga dari cara mereka memastikan mutu makanan selalu terjaga.
Yayasan Bangun Gizi Nusantara (YABGN) sebagai pengelola menerapkan sistem belanja yang memperhatikan kualitas dan keamanan bahan pangan.
Puspo Wardoyo, pengelola YABGN, menegaskan bahwa seluruh bahan baku diperoleh dari pasar tradisional dan supplier lokal yang sudah terbukti kualitasnya.
“Kami mengutamakan supplier dari wilayah sekitar,” jelasnya. Selain untuk mendukung ekonomi lokal, langkah ini memastikan bahan makanan datang dalam kondisi segar dan aman.
Sayur, buah, daging, ikan, hingga bahan non-pangan seperti plastik kemasan dipilih secara ketat. Risiko mengambil bahan dari luar wilayah dihindari agar proses pengantaran tidak terganggu dan kualitas tetap terjamin.
Kualitas pelayanan SPPG di bawah YABGN juga ditopang oleh tenaga kerja lokal yang bekerja secara profesional.
Hampir 100 persen staf dapur merupakan warga sekitar, dan mereka dibekali standar kerja yang sama di seluruh jaringan SPPG.
“Gaji tetap sesuai UMR dengan jam kerja delapan jam sehari,” ujarnya. Konsistensi dalam menjaga kesejahteraan tenaga kerja adalah bagian dari komitmen pelayanan, di mana makanan yang baik datang dari tim yang bekerja dengan baik pula. [Lis]


Social Header